Tuesday 6 September 2011

Wisata museum

Terakhir saya masuk (main) ke museum mungkin pas SMP itu juga masuk bukan karena niat pribadi melainkan karena emang kegiatan sekolah, sehingga mau ga mau saya pun masuk hanya untuk sekedar “menjalankan”  kegiatan sekolah. Ya mungkin karena hanya sekedar menjalankan, saya sehingga tidak tahu dan tidak tertarik untuk tahu apa yang terdapat dan buat apa museum itu didirikan. Seiring berjalan waktu (hampir 8 tahun lamanya) saya pun diajak sama teman saya waktu berkunjung ke Jogja untuk bermain di museum Ullen Sentalu. Museum ini adalah museum swasta (ya klo swasta memang tiket masuknya agak mahal, tapi yang pasti lebih terawat dibanding dengan yg lain). Ullen Sentalu ternyata adalah singkatan dari bahasa jawa “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Filsafat ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita. Pinter toh?? Yaiyalah, tinggal searching aja d google pasti keluar…hahahaha….secara mba yg jadi guide ngomongnya cepat amat jadi tidak seimbang dengan otak saya untuk menangkap “maksud” dan menghapalkannya.
Ya saya akan menjelaskan sedikit aja yang terdapat di dalam museum ini. Karena mereka juga tidak membayar saya untuk mempromosikannya…hahahaha….klo mau lebih jelasnya emang main kesana aja, dijamin lumayan buat nambah pengetahuan kita.

Pertama terpikir di otak saya ketika diajak main ke museum adalah “PASTI MEMBOSANKAN” ya karena sudah terbentuk di pola pikir saya bahwa museum adalah tempat para orangorang yang ga ada kerjaannya dan para peneliti yang menggunakan kacamata tebal dan berpakaian formal sehingga saya ga bisa nyari “pandangan” disana, berbeda klo saya diajak ke pantai pada summer, yaaa tanpa pikir panjang HAYOKKKK berangkat lah….hahahaha masih normal kan berarti saya?
Apalagi saya kemarin disuruh jadi supir mobil sama teman saya untuk menuju kesana (harusnya si bersyukur udah numpang tidur, jalan” naik mobil dia lagi) padahal saya adalah tipe yang malas nyupir karena “terinfeksi” dengan kemacetan Jakarta sehingga tidak tertarik untuk menyetir. Setelah sedikit banyak nyasar akhirnya kami pun menemukan museum itu, ya tempatnya emang agak ngumpet sehingga buat yang buta arah kaya saya pasti susah nemunya, yang udah dua kali (red teman saya yg nganterin) aja ga apal. Jadi wajar klo besok ada yang mau kesana nyasarnyasar dulu lah…hahahaha. Wah lokasi yang dikaliurang (kaki gunung merapi) membuat suasana dimuseum ini menjadi sejuk, setelah membayar karcis masuk dan menunggu guide untuk menjadi teman serta “penerang” kita pun masuk dan mulai menjelajah isi museum tersebut. Museum ini menjelaskan tentang kerajaan jawa (khusunya Yogjakarta) dan awal berdiri kota Surakarta (Solo) dan kehidupankehidupan dari para raja dan wanita jaman dahulu. Karena darah yang mengalir dalam tubuh saya adalah darah Jawa, saya pun sangat menyimak saat silsilah dari para rajaraja tersebut, mungkin aja saya adalah “anak” yang hilang pada satu silsilah. Hahaha…lumayan kan klo saya ternyata ada darah keratonnya, bisa kaya mendadak pastinya.

Setelah selesai bermain dimuseum itu, setidaknya otak saya makin berisi sedikit tentang budaya jawa (Jogja dan Solo khususnya) sehingga klo ngomong keliatan lebih berbobot dan pasti sebagaian para wanita akan terkesima klo ngobrol ma orang pinter (ya macam saya ini). hahahaha…..dari kesimpulan saya tersebut saya makin senang bermain dimuseummuseum untuk belajar sejarah yang ternyata lebih mengasyikan terjun langsung daripada duduk mendengar dongeng kaya pas jaman sekolah. Walau sejarah Indonesia banyak yang diputar balikan, tetapi keberadaan museum tersebut membantu kita untuk lebih mencintai negara serta budaya kita sendiri. Kalau bukan kita yang mencintai budaya kita, siapa lagi??


almasdeo
jakarta (Indonesia) 04.09.2011