Monday 29 August 2011

Merapi

Paling enak adalah saat kita membuat planning perjalanan, masih dengan semangat ’45 mencari informasiinformasi yang penting dan mungkin meminjam peralatan yang kita ga punya dan dbutuhkan untuk perjalanan kita. Sama kaya kemarin, saya memutuskan untuk mendaki yang ke-3 kalinya ke gunung Merapi. Dari mempersiapkan alatalat, minjem tenda hingga beli tiket kereta saya lakukan dengan penuh semangat (yang beli tiket bukan saya deng.hahahhaa). Sampe hari keberangkatan pun masih diselimuti dengan semangat.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya saya dan teman saya pun sampai di kaki gunung Merapi, masih dengan semangat menggebugebu untuk mendaki (secara dah lama vacuum mendaki). Langkah demi langkah awalpun sudah dimulai….ahhhh nafsu ga sebanding dengan kenyataan…baru beberapa langkah aja keringet udah netes kemanamana ditambah napas yang belum bisa menyesuaiakan hingga megapmegap dan saya pun sangat menyesal terlalu semangat packing hingga membiarkan semua peralatan memenuhi ransel saya (saya benci bawa tendaaaaa). 1 jam pertama kali ini adalah satu jam terberat selama pendakian kali ini, karena treknya yang berdebu membuat makin susah perjalanan, mau make slyer yang ada susah napas klo ga make muka serasa make bedak tebal...hosh…hosh..hosh…napas megapmegap trus berusaha menyesuaikan dengan langkah kaki mendaki. Mungkin belum terlalu berirama langkah kita, hingga hampir setiap 15 menit sekali kami beristirahat. Karena terlalu banyak beristirahat dan hanya kita berdua yang malam itu mendaki membuat saya berpikir “jadi pingin turun dan membatalkan niat mendaki”….hahahaha….ketika niat itu muncul terlalu besar dan perjalanan belum terlalu jauh mendaki, saya iseng menanyakan ke teman saya gimana klo turun lagi??....saya yakin klo 70% saya akan turun dengan senang hati bila teman saya jawab ayu kita turun. Tapi harapan saya bertepuk sebelah tangan, dia menjawab coba dulu aja sampai batas mana kita kuat. (saya juga manusia yang punya rasa putus asa, apalagi ini udah pendakian yang ke-3 kali jadi kurang gregetan, alasan yang masuk akal tohhhh??)

Walau tertatihtatih akhirnya napas saya sudah mulai teratur, dititik inilah saya mulai menikmati pendakian dengan ditemani bulan purnama dan bintangbintang yang membantu menerangi jalan kami. Akhirnya saya sudah memasuki trek yang berbatu (yang artinya ga berdebu lagi), walau batu ini bagaikan anak tangga yang berjarak jauh aja, tapi saya senang dengan trek ini karena sudah deket dengan tempat buat camping kita. Yihuuu….akhirnya tiba juga, sayangnya saat itu angin berhembus cukup gede, apalagi posisi kita di atas sudah tidak ada vegetasi yang artinya angin berhembus tanpa bebas hambatan menerjang kita…dinginnya nak uju bile, membuat saya pingin cepatcepat buat tenda dan masuk sleeping bag. Setelah debat memilih lokasi buat tenda, akhirnya tenda berdiri dengan cukup gagah, walaupun posisinya kurang joss si….tapi dasar udah kecapekan dan pingin tidur, masih ok lah posisi itu karena masih terlindung dari angin yang dingin. Ini adalah malam minggu terindah saya setelah beberapa tahun hanya disii dengan kegiatan yg ga bermutu. Bayangin aja, saya makan malam di atas buntalan awanawan yang menutupi pandangan ke bawah dan disinari oleh purnama yang terang benderang….perfect banget situasi ini buat ngelamar cewek (coba klo saya punya dan mendaki bersama, saya lamar juga saat itu walau cincinnya saya ganti batu..hahahaha) apalagi ditambah bintangbintang yang berkelip dan klo beruntung bisa dapat bintang jatuh, aihhhhhh…….so sweetnyaa……cuma sayang DINGIN….hahahaha

Kami pun memutuskan untuk summit besok pagi sambil liat sunrise sebelum berangkat tidur malam ini.  Karena capek dan alasan masih ngantuk, kami pun memilih untuk tetap ngumpet didalam sleeping bag sambil merapatkan satu sama lain karena kedinginan. Suara tapak sepatu dan orang yang melewati tenda kami pun ga bisa membuat kami beranjak keluar dari sleeping bag.hahaha….akhirnya kami pun bangun dan dengan malasmalasan saya pun bertanya ke teman saya, “MAU MUNCAK” (lagilagi saya menunggu jawaban tidak)..hahaha…entah kenapa saya tidak terlalu bergairah mendaki kali ini. Dan lagilagi jawabannya dia mau muncak. Saya pun akhirnya ikut berusaha mencapai puncak, aihhh….perjalanan kepuncak ga seperti dulu yang terdiri dari batubatu gede, jadi kita tinggal naik sana naik sini sampai puncak dehhh. Karena abis meletus perjalanan menuju puncak benerbener berpasirrrrrrr….baru melangkah berapa langkah udah turun merosot kebawah lagi…bikin emosi aja, apalagi ditambah si matahari ceria banget menyinari kita pagi itu….cantikkk dah buat muka gosong, 1.5 jam bergulat dengan pasir dan batubatu yang runtuh akhirnya saya berdiri dititik puncak tinggi merapi setelah beberapa kali mengalami situasi dimana saya putus asa dan tidak ingin melanjutkan perjalanan. Tetapi sekali lagi saya berhasil mengalahkan diri saya sendiri…aihh puasnya….karena masih menunggu teman berjuang naik (dan saya piker dia menyerah) akhirnya saya menikmati segarnya jus buah dan snacksnack yang saya bawa (padahal itu niatnya buat berdua) sampai habis. Hahahahaa…., setelah kenyang saya pun meminjakkan kaki untuk turun, baru selangkah mau turun ehhhh batang hidung teman saya muncul dan dia bilang enak aja mau turun, tunggu dulu kata dia….hahaha….hebattttt dia masih belum menyerah, saya pun menunggu dia hingga tiba di atas. Keadaan puncak saat ini benerbener hanya jalan setapak, saya pun sempet takut berdiri karena kanan kiri langsung turuan 60 derajat, satu menuju kawah, satu menuju jurang, keren abisss kan??. Setelah kita puas potopoto diatas kami pun turun dengan santainya karena medan pasir sehingga serasa main ski.

Setelah makan siang dan packing semuanya, kami pun beranjak untuk turun menuju basecamp, perjalanan turun pun diisi dengan sedikit nyasar kedaerah perkebunan masyarakat sekitar (sampe sekarang saya juga bingung bisa nyasar). Untungnya saat itu ada warga yang kasih tahu klo kita salah jalan, sehingga kamipun tiba dengan sehat sentosa dan tanpa kurang suatu apapun ke basecamp (kebayang klo nyasar, paling kita bisa” ga pulang.hahaha)
Ketika sampai basecamp kita benerbener keliatan kaya badut cemangcemong bekas abu ada dimanamana, iya keadaan gunung berapi masih ada abu dimanamana bekas meletus beberapa bulan yang lalu.
Ahhh….legaaanyaa, akhirnya saya pun bisa menaruh ransel ini selama beberapa hari, setelah saya bercinta dengannya 2 hari 1 malam lamanya,


Thanks to : ms. Lim yang telah berbagi 3hari 2malam bercinta dengan saya. Dani dan Kinthoel yang menjadi teman berbagi saat muncak dan turun, serta sejoli bule Belanda yang membantu menghabiskan logistik kita.


“Berbagi waktu dengan alam, maka kau akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya”



almasdeo
Jakarta (Indonesia) 28.08.2011

Sunday 28 August 2011

Ekonomi mode on


Ketika saya masih berduit (red.masih kerja), saya lebih senang memilih perjalanan dengan menggunakan pesawat. Ya dari segi efisien memang pesawat jauh lebih unggul diantara transportasi darat dan laut lainnya. Tapi klo dari segi harga ya jauh aja pesawat lebih mahal dibanding dengan lainnya. Keasyikan naik pesawat membuat saya agak malas menggunakan transportasi umum lainnya, tapi apa daya perjalannan kali ini saya tidak mendapatkan “sponsor” untuk membeli tiket pesawat, jadi ya mau ga mau, suka ga suka, nyaman ga nyaman saya menggunakan kereta ekonomi untuk kesekian kalinya setelah hampir 2 tahun lebih tidak menggunakannya.

Perjalanan kali ini saya bersama teman saya seorang wanita menuju kota Solo. Sehari sebelumnya teman saya sudah membeli tiket kereta Bengawan dan kabar gembiranya kita masih mendapatkan tempat duduk, uhhh lega ga perlu berdiri….pas hari H-nya, saya memutuskan untuk menunggu kereta di stasiun jati negara, sedangkan teman saya berangkat dari stasiun tanah abang. Tepat pukul 19.20 saya mendapat sms di hp saya, dan tebak apa isinya?? “wah kayanya gw bakal telat dek ke stasiun, macett….doakan aja ya tepat waktu”, padahal kereta berangkat dari stasiun tanah abang pukul 19.30. saat itu saya sudah memastikan “pasti dia terlambat”, dan betullll….dia tiba di stasiun setelah keretanya cau, karena ada kereta Progo yg menuju jogja pukul 21.00, kami pun sepakat naik kereta tersebut, dan berita yg cukup menyenangkan ternyata tiketnya bisa kita pakai ke kereta Progo.

Akhirnya kereta pun datang dan saat itu kita cap cip cup belalang kuncup memilih tempat duduk yang kosong dan berharap tidak ada orang yang duduk dibangku tersebut di stasiunstasiun berikutnya. Hayah….apessss, baru sampe bekasi ternyata si empunya tempat duduk sudah datang dan mengklaim bangku yg kita dudukin, sedihnya saat itu ketika saya harus berdiri memberikan bangku yang bukan hak saya kepada orang yang berhak, karena saya tahu perjalanan masih 10 jam kedepan dan pasti bakal tersiksa…1 jam kemudian saat kereta memastikan tidak berhenti, kertas Koran pun mulai digelar di jalan antara. Yang artinya bakal banyak orang jualan yang lalu lalang melewati kita.

Perbincangan demi perbincangan yang dengan sendirinya mengalir antara penumpang pun membuat suasana menjadi lebih hidup didalam kereta (inilah kelebihan transportasi massal satu ini dibanding pesawat), saat itu saya mencoba posisi duduk dengan memasukan kaki saya ke lorong bawah kursi….anjrittt sempitnya dan membuat saya ga bisa bergerak leluasa, padahal posisi ini paling PW dibanding dengan posisiposisi lainnya. Saat itu saya berpikir, bahwa jadi orang tinggi dan mempunyai kaki panjang ternyata sengsara klo naik kereta ekonomi....hahaha.........saat mata mulai mengantuk, saya pun dengan saran penumpang lainnya akhirnya bisa selojoran entah gimana caranya saat itu. Karena udah ngatuk, saya pun cuek aja saat penjual makanan melompati muka saya dan menginjak bagianbagian tubuh saya.

Serasa baru memejamkan mata 1 jam kereta berhenti dan terdengar suara gaduh penjual makanan masuk dan parahnya dia teriakteriak dan menendang saya untuk bangun supaya dia bisa lalu lalang dikereta. Aiihhhh emosinya, saat enak”nya tidur malah dibangunin. Saya pun salut dengan hebat dan niatnya mereka berjualan,  walaupun kereta penuh dan mereka membawa barang dagangan gede aja dengan santainya para penjual tersebut melewati orangorang yang memenuhi jalan dan klo saya perhatikan para penjual itu ga capekcapeknya muter dari ujung gerbong belakang sampai ujung gerbong depan…hidup adalah perjuangan….hehehehe
Sisasisa jam selanjutnya saya hanya mendengarkan ceritacerita para penumpang, dari batu giok sampai jin dan kawankawannya hingga saya bisa tertidur serasa ada yang menceritakan dongeng kepada saya. Akhirnya kami pun mendapatkan bangku setelah beberape penumpang turun di kebumen, dan dari situ saya bisa tidur nyenyak hingga tiba Jogjakarta. Aihhh……setelah sampai badan rasanya patah kanan-kiri, kaki kram lah, dan bokong makin tepos setelah 12 jam duduk ga karuan. Saya pun membayangkan ketika mudk gimana ya keadaan di dalam kereta tersebut??

Akhirnya betul memang, “ADA HARGA, ADA KUALITAS”, tapi saya cukup senang dengan perjalananan menggunakan kereta ekonomi, walaupun banyak keluh kesah saat perjalanan saya banyak belajar dari sesama kita yang kurang beruntung dengan keadaan ekonomi mereka, walaupun mereka kurang beruntung tetapi mereka merasa bahagia dengan apa yang mereka capai saat itu.

“ORANG YANG PALING BAHAGIA ADALAH ORANG YANG HIDUP SEDERHANA – AMISH”



almasdeo
Solo (Middle of Java) 23.08.2011

Saturday 13 August 2011

Massimo Van Golden Elchino a.k.a Cimmo


Banyak orang yang ngomong, “ anjing adalah sahabat terbaik manusia” itu sepertinya bukan hanya sekedar omongan belaka. Karena dari pengalaman saya berbagi waktu dengan anjing, saya rasa omongan itu dikit banyak ada benarnya. Makanya sampai sekarang saya ga abis pikir dengan mereka yang doyan makan daging anjing (speechless). Dari lahir saya di kasih “warisan” oleh kedua orang tua saya menjadi seorang Kristiani, yang secara ga langsung membuat saya ga terlalu bermasalah untuk memelihara anjing. Keluarga saya memang senang dengan keberadaan anjing dirumah, selain menjadi “penjaga” mereka juga adalah anggota “lain” keluarga kami. Banyak kenangan lucu, kesel, mengharukan yang telah saya, keluarga serta anjinganjing kami “terdahulu” yang telah kami lewati.

Udah berapa anjing yang telah kami punyain, dari jenis anjing kampung sampai ras pun telah mengisi  harihari saya. Saat ini saya mempunyai seekor Golden Retriver (yang kaya airbud itu lo) berumur 2 tahun berapa bulan bernama Massimo Van Golden Elchino (keren to?, itu nama dari perkinnya). Wuih klo saya ceritakan keseharian hidup keluarga saya dengan si Cimmo (nama panggilan) mungkin pada ga nyangka ada anjing semacam ini, tapi bagaimanapun juga saya serta keluarga (ga yakin klo ini) sayang ma cimmo.

Pertama kali kami membeli dia adalah saat umurnya kurang lebih 3 bulan, dan kami pun menjatuhkan pilihan kepada dia adalah karena dia terlihat “paling” sehat, lincah di antara saudarasaudaranya. Wuih emang puppies (sebutan buat anak anjing) itu adalah saatsaat lucunya anjing. Kasian juga si, masih seumuran 3 bulan tapi sudah dipisahkan dari ibunya, tapi inilah hidup (hayahh…). Karena rasa iba itu pun, saya membiarkan dia tidur dikamar bersama saya.  Sehari dua hari si memang masih terlihat anjing baik pada umumnya (mungkin masih adaptasi dengan kesendirian), tapi setelah itu…auuuuu….sepertinya kita salah pilih saat membeli dia hahahahaha (coba bisa dibalikin n tuker),…..ya bayangin aja (semoga bisa membayangkan) setiap tengah malam saat asyikasyik-nya tidur dia pasti melakukan “ritual” yang aneh, lari kesana kesini….gubrak-gurbik….nabrak lemari, lompat ke kasur, grekk...grek….garuk lantai… narik-narik guling serta bantal dan ini berlangsung selama kurang lebih 1 jam dan setiap malam pula, kami pun menamai “ritual” ini adalah “kuda lumping”.

Klo masalah mengigitgigit  jangan disangsikan lagi sama dia, semua sandal habis digigitin dan pinternya lagi, dia hanya gigit sebelah sandal saja sebelahnya lagi dia ga doyan, dalam pertumbuhannya sampai sekarang, udah ga terhitung berapa banyak sandal dari merek jalanan sampai merek mall yang jadi korban. Anehnya lagi, sampai sekarang umur jalan 3 tahun kelakuannya tetep aja kaya puppies, makan masih harus pake susu di dog foodnya dan harus di tungguin pula. Belum lagi sifat jealousnya yang terbilang luar biasa dengan anak kecil, seperti beberapa minggu sekali pasti keponakan saya main kerumah, dan sekitar 2-3 menit sebelum dia sampai cimmo pasti gonggong seperti marah (karena  dia iri, klo keponakan datang, pasti dia akan diacuhkan). Insting Cimmo sepertinya adalah insting seorang anjing pencuri. Ya, anjing ini memang aneh tapi nyata, setiap masuk kedalam rumah pasti matanya tidak bisa berhenti melirik-lirik seperti mencari sesuatu yang akan digigit bahkan dihancurkan, barang kesukaan yang pasti diambil adalah bantal…dan hebatnya dia ngambil semua bantal bis tu dikumpulkan di “markasnya” dan setelah itu dia tidur”an aja gitu disemua bantal yg udah dikumpulkan (ga tahu maksudnya).

Dan ada kejadian yang (memang) gila, kita sekeluarga mempunyai kebiasaan klo pergi pasti kunci rumah ditaruh ditempat rahasia, jadi klo ada yang pulang duluan ga usah saling nunggu-menunggu. Waktu Ibu, Bapak, dan Supir pergi ke dokter dan kunci ditaruh tempat rahasia, ehh ada angin apa kuncinya malah diambil ma cimmo….dipanggilpanggil dari luar pager malah dia ngeledek dan bukannya mendekat malah menjauh, 1-2 menit di bujuk rayu lagi eh dia malah makin ngeledek (nyeselin toh..) berhubung saat itu ngejar janji dengan dokter makanya diacuhkan aja, berharap yang pulang duluan adalah kakak saya, sehingga dia yang kebingungan ntar. Emang malang nasib emak saya, ternyata dia yang pulang duluan, dan beruntungnya lagi, supirnya ini takut dengan cimmo sehingga ibu saya yang memanjat pager untuk mencari kunci yang entah udah ditelan atau ditaruh dimana ma Cimmo. (mungkin saat itu cimmo ketawa dan bilang dalam hati “hebat kan jaman sekarang, bukannya majikan yang ngunciin anjingnya ehhh malah anjingnya yang ngunciin majikan”), akhirnya si ketemu juga kuncinya, lumayanlah membuat cerita lucu yang “mengharuskan” emak saya naik pager garagara anjing sendiri.

Kami mempunyai kelemahan adalah kalau naruh barang pasti sembarangan, dan setelah beberapa kejadian. Kami pun cepat sadar ketika kami mencari barang yang kami inginkan dan tidak ada. Tuduhan pertama, tidak lain dan tidak bukan pasti ke cimmo. apalagi melihat dia tenang dan matanya menatap licik…..Hebatnya, dia bisa menyembunyikan barangbarang macam kunci, koin dan yang kecil” di dalam mulutnya (dibawah lidah). Sampai terkadang ketika kita benarbenar udah ga bisa buka mulutnya untuk mengambil yang di dalam mulutnya, cara paling hebat adalah kasih balsem didepan hidungnya supaya dia menghirup, klo cara ini masih belum ampuh taruh dihidungnya, dijamin dia pasti akan buka tu mulutnya sambil bersinbersin kepanasan.

Entah ada apa dengan giginya, yang pasti giginya selalu gantel mengigit apapun. Hp aja klo ga salah sudah 3 dia “mainin” (2 masih selamat, cuma keypadnya ancur, 1 lagi hancur…cur….cur….mungkin dia ikutikutan mau main Fb or chat kali ya), belum lagi Alkitab (dia doyan banget) sudah 1 habis “dibaca” dengan cara dia (mungkin reinkarnasi seorang pendeta or pastur, sehingga dia doyan bacanya), bahkan bohlam lampu pu ga lupa pernah dia makan (mungkin ini bisa saya duitin jadi kaya atraksi kuda lumping). Ahhh….banyak lah yang sudah masuk mulutnya dia. Tapi sebenarnya klo menurut saya si dia anjing pinter, cuma salah didik aja….hahaha….ya jadinya sedikit kacau begitu.


almasdeo
Jakarta (Indonesia) 14.08.2011

Friday 12 August 2011

China ohh China


Entah karena apa saya dapat tugas dari kantor untuk bekerja di China selama sebulan. Aihhh….padahal saya masih bau (terlalu) kencur dalam masalah pekerjaan dan saya benar” ga bisa yang namanya bahasa China sama sekali. Dasar senang berpetualang saya si senang” aja dikirim ke China apalagi semua akomodasi dah ditanggung ma perusahaan (enak toh…)

Bermodalkan Foto ala kadar dengan background merah, visa saya pun jadi untuk masuk ke China. Hari H pun tiba, dengan semangat yang ga terlalu besar (karena katanya disana kerjaannya susah dan parahnya lagi “saya belum bisa dan belum pernah”) saya pun meninggalkan Indonesia. 4-5 jam penerbangan yang melelahkan akhirnya selesai juga (entah kenapa saya benci yang namanya naik pesaawat, kereta, or bis berlama”. Kaya di kurung dikandang aja soalnya ga bisa kemana”). Setelah sampai di bandara Shenzhen, aihhh gedenya ni bandara, sampai saya kaya orang kampung yang baru pertama kali naik pesawat saking takjubnya. Setelah semua urusan imigrasi dan nunggu luggage kelar, saya pun sudah dijemput oleh boss saya, wuihhh perasaan seperti orang penting aja saat itu (yaiyalah, saya yakin klo ga ada yg jemput pasti saya bakal kaya orang gila dibandara secara ga bisa ngemeng bhs cina).

Sekilas lalu lintas disana semua tampak sama dengan semrawut lalu lintas kota Jakarta. Karena saat itu badan rasanya capek dan laper, mending saya tidur aja di dalam bis menuju tempat tinggal (aje gila masih 1 jam naik bis, ternyata). Akhirnya saya pun tiba, dan dengan baiknya boss saya menawarkan makan malam (klo ga nawarin saya juga pasti minta, hehehe). Yahh bagusssss, semua daftar menu memakai huruf kanji tanpa ada fotonya, auu….mana pelayannya ga bisa berbahasa inggris, dungdeng….akhirnya saya ngikut pesanan boss saya yang udah lebih fasih hidup disana. Penderitaan saya ternyata belum berhenti disitu, saya lupa budaya makan disini menggunakan sumpit dan sama sekali ga ada yang namanya sendok atau garpu. Padahal laper tingkat tinggi, dan saya harus makan nasi menggunakan “sumpit” hayahh,,,bener” di uji kesabaran saya disini. Sampai” teman saya bela”in bawa sedok kemana-mana karena dia tidak bisa makan pakai sumpit. Menurut saya budaya memakai sumpit disana tidak terlalu bagus, kenapa saya bisa bilang begitu, karena sumpit disana didesign hanya sekali pakai dan buang. Bayangin berapa kali orang makan sehari dikali berapa banyak orang China disana dan akibatnya berapa banyak pohon yang ditebang hanya untuk membuat sumpit aja.

Hari pertama saya disini saya laluin hanya dengan istirahat panjang, setelah itu…woww China jauh dari yang saya bayangkan. Orang” disini juoroknyaaa ampun, seperti pada pagi hari mereka menunggu bis di halte dengan tangan kanan penuh bungkus makanan sedangkan tangan kiri memegang cemilan yang sedang dimakan dan dengan santainya mereka buang riak yang dari suaranya seperti membuat tenggorokan lecet,,,huaaakkkkssssss….dan selanjutnya cuhhhhhh riak dibuang di pinggir jalan tanpa dosa dan itu hampir semua dilakukan oleh kaum pria. Belum lagi klo saya selift pada pagi hari, banyak dari mereka ga mandi dan bau badannya….wihhhh, bau bawang putih nyengatttttnyaaa ga tahannnn

Belum lagi masalah mencari makanan disini, berhubung saya banyak menghabiskan waktu bersama teman saya yang kebetulan dia muslim dan saya tidak bisa makan B1 dan B2 (red anjing dan Babi) makanya mencari makan adalah hal tersulit selama saya disana. Untungnya ada restoran muslim disana yahh tetapi semua restoran muslim pada umumnya menjual mie yang masih benar” fresh . buat 1-2 hari si ga masalah, tapi klo sebulan makan itu trus yahhh pasti muakk, sampai” saya minta ajarin tulisan kanji yang artinya “sapi”, “Babi”, “anjing”, “ayam”, dan tulisan itu saya bawa kemana” dan ketika memesan makanan saya tinggal mencocokan yang ada dikertas contekan saya dengan yang ada dimenu. Kelihatannya si gampang, eh pas nyocokin buset ko keliatan sama semua….akhirnya bahasa tarzan pun keluar, dan hebatnya lagi dia ga ngerti bahasa tarzan….huaaaaa…..demi alasan perut, kami pun klo makan pasti kaya anak sd dulu saat memesan, ya kami menggambar ayam atau sapi setelah itu pasti para pelayan baru ngerti.

Ada satu kejadian yang saat itu membuat saya benar” ga berkutik sama sekali, pas saya jalan” dan naik bis menuju arah pulang, kondektur menghampiri saya dan bertanya (saya yakin dia bertanya, mau turun dimana?) bodohnya saya saat itu adalah saya ga tahu nama haltenya, yang saya tahu cuma dekat dengan suatu mall. Saya pun memberi uang 10 Yuan dan ngomong dalam bahasa inggris saya turun di mall A. Kondektur pun bingung saat saya ngomong itu, dan dia ngerocos aja gitu pake bahasa China yang itonasinya naik turun ke depan muka saya. Saya pun benar” bukan bingung lagi saat itu, antara deg”an dimarahin (saya ga bisa bedain mana orang marah, mana orang ngomong biasa. Karena itonasi mereka bener” aneh) atau ditanya apa? Dan parahnya lagi satu bis pun ga ada yang bisa bahasa inggris…huaaahhh akhirnya saya main pantomin di bus, dengan meragakan sebuah bangunan dan saya turun disitu, setelah 5 menit saya memperagakan akhirnya dia bisa menebak juga…wuahh benar” kaya main kuis aja saat itu. Dan saya pun dikasih kembalian 5 Yuan, sambil tanpa dosanya dia ngerocos ga karuan lagi didepan muka saya (padahal dia dah tahu saya ga bisa bahasa China, tapi ttp aja ngecoros). Dalam hati saya mending ga usah dikembaliin aja uang saya, daripada saya udah merendahkan diri ditontonin orang sebus main pantomin.

Yah, itulah sedikit pengalaman saya berpetualang di Daratan China. Banyak senang dan dukanya, tapi satu hal yang saya bisa banggakan adalah, ternyata saya masih bisa hidup disana walaupun susah payah adaptasi (lebay banget). Saya pun berkeinginan untuk pergi lagi kesana (Beijing) dan bermain pantomin kembali dengan orang” China.


almasdeo
Jakarta (Indonesia)12.08.2011

Thursday 11 August 2011

Ketika Rasa adalah Segalanya


Lingkungan adalah factor penting dalam perkembangan dan pembentukan karakter suatu manusia termasuk dalam hal lidah (cita rasa). Yap lidah, setiap orang dari negara (bahkan pulau di Indonesia) manapun pasti mempunyai cita rasa yang berbeda-beda.

Ketika saya pergi keluar kota bahkan keluar negeri, hal yang paling menakutkan adalah masalah makanan. “cocok ga ya ma lidah gw?”  itulah hal pertama yang terpikir di otak ini. Kaya pas saya pergi ke lombok dan daerah timur sana, wuedann makanan di sana ga ada yang menenangkan lidah sama sekali, yang terasa dilidah cuma pedas-panas-pedes-panas lagi dan itu berulang-ulang terjadi hingga makanan habis. Secara lidah saya didikan lidah jawa yang lebih bersahabat dengan rasa manis, jadi waktu kesana saya tidak bisa menikmati makanan khas daerah sana. Belum lagi klo abis makan masakan pedas, perut langsung mengalami “gejolak” yg bertahan minimal 1 hari. Kebayang kan klo lagi jalan” tiba” langsung mules ga karuan perut. Klo pas dekat toilet si enak, nah klo pas di tengah macet...yang ada keringetan dan posisi duduk yang berubah” menahan boker. Beruntung klo masih bisa nahan, klo ga?? Ya siap lah membuat malu diri sendiri.

Berbekal pengetahuan di Indonesia bahwa Chinese Food itu kaya Capcay, Fuyung Hai, dll, Sehingga pas saya ke China saya pastinya bermimpi “di Indonesia aja capcay enak apalagi dinegara asalnya”, huaaaa….mimpi hanya sekedar mimpi, ketika pertama kali menginjakan kaki didaratan China dan saya mencari makan, aduhhh apa ini menunya?? Semua dalam bahasa Kanji yang bener” saya ga ngerti dan parahnya ga ada potonya. Karena saya tidak mau asal tebak (takut kepilih anjing or babi) saya pun memilih makan ikan, untungnya didepan restorannya ada ikan, jadi saya tinggal nunjuk aja mau ini. 5 menit makanan keluar, dan tembak, wuihh dari penampilannya aja udah buat kenyang. Ternyata ikan itu dibuat seperti soup tapi parahnya kuah ikan tersebut wuihhh pull minyak. Yaks…tiba” langsung kenyang saat itu juga.

Saya pun bertanya kepada teman saya orang Indonesia yang sudah lama tinggal disana, om ajak aku makan capcay atau kaya Chinese food yang ada di Indonesia dong, dengan entengnya dia menjawab, Capcay itu made in Indonesia, jadi disini tu ga ada. Whattt?? Ya klo masakan China asli ya kaya yg kamu makan, hiks..hikss…sedihnya, belum lagi di setiap restoran pinggir jalan Anjing or Babi yang udah dikulitin di pajang gitu aja dietalasenya (masih lengkap dengan terpedonya lagi) bener” bikin nafsu makan saya turun drastis sebulan disana. Oh ya, ini juga bisa buat cara diet yang mujarab lo…silakan coba bagi yang masih mencari cara diet paling ampuh

Beda lagi ketika saya hidup di Australia, di negara ini bagi lidah saya ga terlalu bermasalah. Tapi cuma masalah kuantitas, ya bayangin aja dari kecil pas sarapan kita pasti makan nasi atau minimal Indomie deh. Eh di sana cuma makan roti doang, mana ampuh roti tawar 2 buat menjinakan cacing diperut saya selama 4 jam kedepan, alhasil saya pasti bawa buah”an or camilan buat menganjel. Tapi setelah jalan setahun tinggal disana, saya sudah sangat terbiasa makan roti dan hebatnya saya tidak merasa laper yang mengila kaya pertama kali dahulu. Tapi yang paling susah di sana adalah ketika merasa laper tengah malam, wuihhh yang ada cuma Mcdonald dan sejenisnya yg buka 24 jam, yahhh lagi” saya tidak terlalu suka makanan fast food, klo udah begini mending toasted roti dan berusaha tidur aja.

Bagaimana pun, Indonesia bagi lidah saya benar” is the best lah, semua makanan disini beraneka ragam dan bener” mempunyai cita rasa yang amat sangat tinggi.

Dengan bepergian saya makin mulai mencintai negara saya dari segala sudut pandang.

almasdeo
Jakarta (Indonesia) 11.08.2011


 

Monday 1 August 2011

Ketika Nasionalisme berbicara

Memang susah klo membandingkan sesuatu tetapi yang membandingkan berpihak pada satu pihak saja (agak susah ya kata”nya??). Ya setelah saya "berwisata” ke negara Asean, saya sempet takjub dan bingung terhadap apa yang saya lihat. Saya ambil contoh aja Bangkok, klo saya bandingkan dengan Jakarta ya hampir 11-12 (macetnya sama, kumuhnya parah dia, para penipu juga banyak cuma mungkin satu kalahnya, Bangkok ada monorel dan Jakarta tidak) tapi entah kenapa di sana yang namanya turis asing sepertinya banyak aja, berbeda dengan Jakarta yang mungkin hanya terpusat di jalan Jaksa (dan itu mungkin cm 5% dr Bangkok), dan parahnya lagi pasti klo turis di tanya tentang Bangkok jawabnya yg mengalir “I LOVE BANGKOK”. Coba klo di tanya tentang Jakarta, hampir semua org yg pernah saya temui dalam perjalanan pasti menjawabnya “I HAVE NEVER BEEN COME TO JAKARTA”. Dungdeng……malu”in aja nanya kaya gitu, tapi beruntung lah Indonesia punya orang seperti saya (pede abisss..) yang masih rada mempunyai Jiwa Nasionalis (masih mau memperkenalkan Indonesia) dibanding dengan para anggota MPR-DPR yang hanya bangga duduk manis sambil tertidur di kantor berbalut baju batik dan menunggu gaji bulanan serta hanya memikirkan bagaimana menghabiskan anggaran negara buat kesenangan mereka (maaf klo ada yg tersindir, tapi ini emang apa adanya)

Klo di pikir” (sebenarnya ga usah dipikir) kalah apa negara kita ini, semua ada disini. Negara yang kaya akan budaya dan masih banyak menganut tradisi” sacral yang klo di negara sebelah laku “dijual” untuk pariwisata, kenapa kita ga bisa??
Lagipula peninggalan sejarah kita cukup banyak dan berumur tua, pantai” yang indah dan matahari yang bersinar sepanjang tahun cukup sebagai “undangan” bagi para turis” asing untuk berwisata dinegara kita. Mungkin klo di Bali ga usah di tanya lagi ya, keindahan di pulau tersebut. Tapi Indonesia masih banyak menyimpan daerah wisata yang masih belum terjamah abis untuk dikunjugi. Sejenak terpikir kemanakah menteri Pariwisata kita??? Apakah sedang “berwisata” (study banding) ke negara” maju buat pembelajaran membuat Indonesia lebih maju? Ya, saya hanya mendoakan (karena cuma ini yg bisa saya lakukan) ketika para pejabat” negara pulang dari pelisir, mereka “BENER-BENER” bawa oleh-oleh yang bisa membuat negara Indonesia lebih maju di dunia pariwisatanya.

Mungkin (mungkin lo…) pemerintah kita masih sibuk mengurusi problematika politik” yang terus bermunculan disini. Tapi sedikit kah mereka berpikir berapa banyak devisa yang dihasilkan bila negara kita menjadi daerah tujuan wisata para turis asing??

Whatever, mengkritisi memang lebih mudah dibanding melakukannya hahahaha........ 


“Suara hati warga negara Indonesia yang agak sedih terhadap negaranya, tetapi masih optimis akan kemajuan negaranya”


almasdeo
Bangkok (Thailand) 02.08.2011

Senang dan susahnya pergi bersama keluarga


Karena ada event kakak saya married, maka keluarga besar saya pada kumpul semua di Jakarta. Mungkin udah pada tahu saya tukang jalan, makanya beberapa keponakan saya merengkek ke bapak ibunya untuk minta jalan” ke luar negeri, alasan pertamanya si pingin liat “gimana” si luar negeri dan membuat “tanda” pertama kalinya di pasportnya….lagi” saya yang ketiban sial buat nganterin mereka keliling asia. Mau nolak susah (ga enak banget), klo nganterin udah kebayang ribet pastinya bawa beberapa orang yang masih “turis” abiss...Ya, padahal semua negara yang di tuju udah semua saya kunjungi, jadi perjalanan saya kali ini saya akui kurang greget abis.

Pertama si yang ikut ada 4 orang bersama saya, eh tiba” keponakan cewek (jujur saya ga tahu bedanya keponakan sama sepupu) minta ikut juga (ya lumayan jadi ada teman yang seumuran), jadi 5 orang fix yg ikut “tour” kali ini. Yup betul, perkiraan saya bener” terjadi, semua baju masuk ke keril saya dan saya yg manggul belum lagi saya jadi public speaking and tour guidenya….kebayang toh ribetnnya 

Susahnya paling dasar saat jalan dengan beberapa kepala adalah “toleransi” antar kepala. Satu orang maunya seperti ini, satunya lagi itu yang lain apa lagi…aihhh puyeng sendiri jadinya. Paling susah pada perjalanan kemarin adalah memutuskan untuk makan. Hayahhh…..keponakan saya masih bener” lidah INDONESIA banget, mereka ga bisa makan klo rasanya mulai aneh. Huayahhh…ribetnya menentukan makanan klo udah jam makan…buat esmosi padahal dah laperr, belum lagi klo saya jalan ga bisa lelet, dan karena jiwa mereka masih “turis” jadinya setiap ada yg aneh atau unik mereka spend waktu yang lama di sana karena takjub dan untuk foto”…

Ahhhhh dari tadi cerita yang susahnya trus, sekarang cerita senangnya pergi bersama keluarga biar adil. Tidak lain tidak bukan adalah terjaminnya hidup selama jalan”. Saya ga susah mikir bagaimana me-manage uang untuk makan, jalan atau lainnya karena saya serasa bawa atm berjalan di samping saya.hahahaha…..senangnya, dengan pura” mau ngeluarin duit pasti langsung di samber bude ku dan bilang “Udah pakai duit ini aja” lumayan, safe money lagi…

Yah, setidaknya keponakan saya udah pada tahu caranya jalan”  ke luar negeri, jadi kedepannya mereka bisa jalan” sendiri. Dan yang membuat saya iri kepada mereka adalah, sponsor jalan” mereka (red Bapak-Ibunya) sepertinya unlimited access….sedangkan saya harus bekerja keras dulu 
Dan yang buat saya salut kepada mereka adalah, mereka ternyata jago baca Peta daripada saya….



almasdeo
Jakarta (Indonesia) 02.08.2011