Monday 28 November 2011

Susahnya hidup jaman sekarang?


Saat jalanjalan yang paling sangat banget dihindari adalah jatuh sakit, karena pasti rencana perjalanan akan hancur berantakan. Kali ini saya ketiban apes, setelah 3 hari saya terlalu memaksakan badan untuk kerja (terlalu) keras, akhirnya masuk angin + flu + batuk pun bersarang dibadan ini. Untungnya misi untuk wisata ke Bromo telah selesai jadinya saya sudah (setidaknya) mempunyai pengalaman baru lagi. Setelah dari Bromo saya masih mempunyai 4 hari 3 malam yang rencananya akan saya nikmati di Solo dan Jogjakarta, tapi apa daya, Tuhan (cieeelahhh) berkata lain. Saya hanya dapat terkulai lemas di rumah teman di Solo yang masih mau menampung gembel macam saya ini. Karena memang sudah pasti saya positif masuk angin (ya namanya turis kere, rela puasa demi senangsenang) ya obatnya buat saya cuma satu yang instan “KEROKAN” sekalian “PIJET” (tanpa embel ++), teman saya di Solo pun memanggil tukang urut yang biasanya memijat dia saat sakit juga. Akhirnya datanglah sosok seorang ibu berperawak tua (71 tahun klo ga salah) tapi masih dengan semangat untuk terus memutar roda kehidupan dan terlihat sangat sehat,

Dimulai lah proses pewarnaan badan dengan koin dan minyak kayu putih, wuihhh mantap…. warna merahmerah keunguan muncul di badan saya, sambil menahan sakit pun saya beberapa kali bersedau hoeeeekkkk….aih nikmatnya serasa angin semua keluar dari dalam badan ini (sebenarnya si bukan bagian ini yang mau diceritakan). Dalam perjalanan “kerokan” dan “mengurut” kami pun beberapa kali ngobrol tentang perbedaan hidup jaman sekarang dan jaman dahulu (saya lupa kenapa bisa sampai sana), dengan bahasa jawa kromo injil (bener ga tulisannya) dia bercerita banyak, padahal sumpah, walaupun darah keraton mengalir deras didalam tubuh saya ini, saya ga terlalu ngerti bahasa jawa kromo injil, jadi saya nangkepnya setengah atau bahkan seperempat mungkin. Untungnya saat itu tuan rumah mau jadi translatornya (bayangin satu negara aja bahasanya banyak amat to, betapa kayanya negara kita uii).

Beliau cerita bahwa jaman dahulu tu hidup ga sesusah sekarang (setelah kemerdeaan background cerita kita), kemanamana saya jalan kaki mas, sambil jualan untuk sekolah dan klo punya 10 meter tanah aja bisa jadi duit itu, saya tanamin apapun pas sudah panen paling saya puterputer kampung laku semua. Duit Rp. 2000 itu udah buanyak banget. Orang kaya jaman dahulu ga keliatan, mereka ga lantas membeli mobil atau bahkan membangun rumah kaya jaman sekarang, mereka tetap hidup seperti orang lain pada umumnya. Cuma mereka menyimpang uang bukan di bank tapi di bungkus karung goni dan di taruh di kandang ayam atau tumpukan sampah biar ga terlalu mencolok…hahaha….lucunya ya…dengan semangat 45’ ibu ini terus cerita padahal saya udah benarbenar di titik antara berpikir ini bahasa apa ya??hahaha….dia bercerita walaupun saya wanita orang tua saya mendidik saya untuk berjuang untuk menghidupi diri sendiri walaupun kelak saya punya suami saya setidaknya tidak membebankan suami saya mas. Terkadang saya sedih melihat banyak anak cewek kongkowkongkow (nongkrong) di mall padahal seharusnya mereka belajar banyak dirumah Dan yang paling wah critanya adalah bahwa dia bercerita, presiden Soekarno itu hidup bersama rakyat, beliau bersepeda melihat rakyatrakyatnya serta berdiskusi dengan pak camat tanpa memandang strata yang sejujurnya sangat jauh saat itu. Saya sampe sekarang menyimpan foto beliau saat mutermuter dikampung ini kok, klo ga percaya nanti saya ambilkan,,,wuihhh segitunya ya,,,,hebat bu nasionalisssmuu

Sederet cerita diatas mengelitik hati saya untuk membandingkan dengan jaman saat ini. Saat saya memegang 50 ribu saja saya bisa menghabiskan dalam waktu sekejap dan betapa saya tidak begitu menghargai uang itu sendiri. Orangorang kaya jaman sekarang terlihat betapa angkuhnya dengan kereta besi yang sangat indah, sesosok Presiden yang seharusnya menjadi panutan rakyat malah hanya menjadi boneka partaipartai politik saja, dan tanah subur yang dahulu rakyat Indonesia banggakan sekarang banyak berubah menjadi gedungedung bertingkat hanya untuk tempat hiburan. Sejenak saya berpikir seandainya saya bisa mencoba hidup jaman dahulu pasti saya sangat menikmatinya, di ketiadaan mereka masih bisa merasakan hidup yang memang mereka dambakan….huihhh...jadi agak serius begini..

Tak terasa 2 jam perbincangan serta pijet pun berlalu, sampai di titik terakhitr Ibu ini berpesan, cari istri yang pinter cari duit juga ya mas, biar hidup kalian kelak tidak terlalu susah di jaman yang sudah susah ini. Dengan segala kesederhaan orang desa, ibu ini sedikit banyak mewarnai perjalanan saya saat itu.


almasdeo
Solo- Central Java (22.11.2011)

2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. terkadang, manusia baru bisa belajar dan menjadi bijak ketika berada pada kondisi terburuk. tidak sedikit dari mereka yang susah dulunya malah menjadi orang hebat saat ini. Like this post

    ReplyDelete