Sunday 15 May 2011

Sensasi Mendaki Gunung

Ga terbayang dibenak saya sebelumnya untuk menjadi pendaki gunung saat masih kecil. Ya, ada rasa takut juga si waktu kecil di cekokin cerita" hantu di atas gunung dan cerita serem lainnya. Mungkin bisa jadi itu membuat pola pikir saya saat itu teracunin akan "angker"nya suatu gunung.

Pengalaman pertama naik gunung terjadi ketika saya naik gunung lawu (gunung tertinggi di jawa tengah) bersama 3 teman kuliah saya (Sabar, Alex, dan Pepen), saat itu pas mau mendaki ada berita yg buat jadi "agak" minder, di atas ada yang mati...aihhhh serem ajaaaaaa, siapa yg ga jiper buat first experience dapat berita kaya gitu???? Tapi karena saat itu otak saya sudah banyak "diracuni" idealis-idealis anak muda jadi saya ber-4 meneruskan niat mendaki. Ya memang banyak cibiran (omongan) dari para orang awam tentang para pendaki yang dikatakan dekat dengan kematian. Bagi saya mati di gunung hanya sebuah pilihan dari banyak pilihan lainnya (klo boleh memilih, lebih baik saya mati tenang duduk bersandar dibatu di atas gunung daripada mati ditabrak.hahaha....). Klo mati ya mati aja entah itu dimana,

Ya, langkah demi langkah sudah mulai kami lakukan. 1 jam pertama adalah yg paling enak, jalanan masih datar" nanjak dikit lah....masih bisa cekikikan dikeheningan malam...selanjutnya ampun DJ.....disini mulai jalan menanjak dan ga ada habisnya sampe puncak. Saat itu pula terjadi perdebatan saya dengan batin saya "Enakan tidur dirumah, ngapain naik gunung malam" dingin bis tu capek lagi". Jujur saat itu rasanya pingin saya kembali ke basecamp dan pulang kerumah (mumpung masih deket), tapi ada rasa ahhh masa kalah si sama diri sendiri ,,,,ayu semangaattttttt......jam demi jam pun berlalu, dan saya pun terus bertanya masih lama ya puncaknya??? (pertanyaan sangat mendasar bagi org yg udah kecapean mendaki), ah deket ko kata teman saya memberi semangat....tu abis selesai tanjakan itu ntar udah keliatan puncaknya (padahal tanjakannya ga abis"...hahaha...siallll)

5 jam terberat dalam 17 tahun hidup saya akhirnya terlewatkan, kami pun memutuskan untuk beristirahat tidur dan besok pagi kita summit attack.....karena saat itu kita ga punya tenda (belum mampu beli) jadi kita buat bifak, kami pun masuk ke sb masing" (saya masih minjem sb teman saat itu) dan berharap bisa tidur nyenyak dan besok bisa melanjutkan perjalanan. Celoteh dan  bayolan satu sama lain masih terdengar sebelum kami terlelap. Lagi" ini adalah malam terdingin selama 17 tahun hidup saya, bukannya bisa tidur dan beristirahat buat besok yang ada cuma mengigil sepanjang malam sekaligus sibuk mencari posisi tidur yang enak (namanya juga tidur di alam, banyak batunya) dan was" ada batu dari atas jatuh menimpa kita (karena diatas kita ada orang camp dan mereka berisik).

Alarm pun udah terlanjur bunyi sebelum saya bisa bener" merasakan enaknya tidur. Saat itu ada kejadian lucu klo inget sekarang. Teman saya ga boleh sebut merek (SABAR namanya) bilang, lo pada aja deh yg naik gua jaga di sini....wuihhhhhhh ga bisa bar jawab kita....Kayanya gw sakit lanjut kata temen kita tersebut...karena ga tega ninggalin dia di situ sendirian, akhirnya kami pun trus memberi semangat dia untuk melanjutkan perjalanan dan tasnya saya yang membawakan. Setelah langit mulai agak terang dan sunrise sepertinya akan terjadi, kamipun mempercepat langkah...disini tracknya agak seram, karena kita jalan hanya di jalan setapak dan sebelahnya langsung juram bebas tanpa hambatan, jadi kebayang klo ga konsen bisa deh kita terjun bebas :))
kamipun berlomba dengan waktu untuk melihat indahnya Matahari terbit dipuncak (ga ketutupan asap dan gedung tinggi). yahhhh...akhirnya kami pun kalah dengan si matahari, ketika warna kemerah"an mulai muncul kami pun memilih untuk mencari posisi dan menikmati indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini....setelah matahari sudah full terbit kamipun melanjutkan menuju puncak, ternyata dari tempat kami melihat matahari terbit tu ga terlalu jauh. 

Yuhuuuuuuuu..........akhirnya sampe puncak juga. Saya pun teriak kegirangan saat itu untuk mengekspresikan ternyata saya bisa menang lawan diri saya sendiri (kesel, capek dll, semuanya terbayar dengan indahnya pucak). Masing" pun sibuk dengan "ritual" pribadinya dipuncak. Cuma saat itu teman saya (SABAR) mengotori puncak dengan beberapa kali muntah, ya mountain sickness sedang menyerang dia. Saat dipuncak saya mengambil waktu beberapa menit untuk berdoa kepada sang Pencipta dan flashback selama perjalanan dari bawah hingga puncak. Setelah puas dipuncak kami pun langsung memutuskan untuk turun lagi. Jangan dibayangkan turun itu enak, ternyata lebih berattttt.....karena fisik kita sudah terkuras saat mendaki (pegel" menyerang) saat kaki ini melangkah turun dan menahan berat badan plus berat keril bawaan rasanya dengkul tu bergetar ga karuan, paha sakitnya lumayan, dan pundak rasanya mati rasa saking sakitnya bawa keril berat selama berjam-jam (coba buka baju, pasti ada nyeplak merah bentuk gantungan tas)....enak tohh?

kami pun sempet beberapa kali beristirahat sebelum akhirnya sampai dibasecamp dengan selamat tanpa sesuatu yang hilang...Thanks GOD

Ternyata alam banyak mengajari kita tentang kehidupan yang sebenarnya, naik gunung bukan sekedar naik dan turun saja. Yang paling mengena sampai sekarang adalah "alam mengasih semuanya untuk kehidupan kita tanpa meminta sesuatu", selain masih banyak hal yg kita dapat saat mendaki dan hebatnya alam juga yang bisa membuka sifat asli kita saat kita bersamanya (klo mau lebih kenal orang, ajak aja kegunung pasti ketahuan sifat aslinya). Dan bukan seberapa tinggi atau seberapa "angkernya" gunung yang kita daki, melainkan seberapa banyak yang kita dapat perbuat terhadap gunung tersebut dan seberapa besar kita belajar lagi akan artinya kehidupan saat perjalanan mendaki.

Thanks untuk para sahabat saya yang mengajarkan saya mendaki (Sabar, Alex dan Pepen), sampai sekarang saya masih terus mendaki hingga kaki ini berhenti berjalan dan saya masih akan terus belajar dari alam untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. Emang sekarang monyet??hahaha.... ya, saya menggangap saya belum menjadi manusia, karena saya masih hidup dan terus berkembang dan belajar,,,,ketika saya mati mungkin saya baru bisa dibilang manusia. :))


"JANGAN MENGAMBIL APAPUN KECUALI GAMBAR, JANGAN MEMBUNUH APAPUN KECUALI WAKTU, JANGAN MENINGGALKAN APAPUN KECUALI JEJAK"
nb : mungkin saat naik gunung akan ngomong dalam hati "ga akan naik gunung lagi" tapi liat reaksinya beberapa hari setelah itu.....jadi "NAGIH" kaya pecandu narkoba :)) dan kelak calon istri akan saya ajak naik gunung dulu sebelum saya memutuskan untuk menikahinya.....jadi ga salah pilih :)

almasdeo
Maddington (Perth-WA) 15.05.2011


2 comments:

  1. thanks a lot, just share about my life....i will

    ReplyDelete
  2. hehe...bener mas. pas di gunung rasanya kesel gak pengen naik lagi. apalagi pas naek kok belum nyampe2 juga, ato pas turun tapi cuman jalan setapak dan batuu doang.

    tappiiii.....
    3 hari setelahnya udah mulai mikir abis ini naek mana lagi ya? hehe....

    kita juga jadi tau siapa diri& temen kita sebenarnya di gunung.

    salam rimba!

    ReplyDelete